Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak mentah dunia kompak dibuka lebih tinggi pada perdagangan pagi hari ini, setelah terkoreksi pada penutupan perdagangan pekan kemarin. Minyak menguat sejalan dengan penurunan indeks dolar AS 0,02% di level 102,2 pada pagi hari ini. Turunnya dolar AS membuat harga minyak lebih murah terhadap mata uang asing lainnya, sehingga dapat mendorong peningkatan permintaan minyak.
Pada pembukaan perdagangan hari ini Senin (15/12/2023), harga minyak mentah WTI dibuka terapresiasi 0,35% di posisi US$71,68 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,33% ke posisi US$76,8 per barel.
Pada perdagangan Jumat (15/12/2023), harga minyak mentah WTI ditutup terkoreksi 0,21% di posisi US$71,43 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent ditutup turun 0,08% ke posisi US$76,55 per barel.
Harga minyak Brent dan minyak mentah berjangka WTI AS berakhir dengan kerugian kecil setelah sesi yang tidak menentu, di mana harga turun lebih dari US$1 per barel pada hari Jumat, karena para pedagang mencoba untuk merekonsiliasi sinyal beragam untuk permintaan minyak di tahun mendatang.
Pasar anjlok di awal sesi perdagangan Jumat setelah survei manufaktur The Federal Reserve (The Fed) Bank di New York menunjukkan penurunan pesanan baru selama tiga bulan, yang bisa menjadi tanda melemahnya permintaan minyak di tahun mendatang.
“Apa yang mengawali aksi jual ini adalah penurunan tajam angka manufaktur di New York,” ujar Phil Flynn, analis Price Futures Group.
“Pasar nampaknya sedikit lebih sensitif terhadap setiap berita baru,” tambah Flynn. “Mereka masih belum yakin kita sudah menemukan dasar pasar ini.”
Para pelaku pasar juga terguncang oleh komentar Presiden Bank Sentral New York John Williams pada hari Jumat tentang harapan penurunan suku bunga di tahun mendatang.
“Kami tidak benar-benar membicarakan penurunan suku bunga saat ini,” ujar Williams dalam sebuah wawancara dengan CNBC Internasional. Ketika menyangkut pertanyaan mengenai penurunan suku bunga, “Saya pikir masih terlalu dini untuk memikirkan hal itu” pada saat ini, ucapnya.
Pada hari Kamis kemarin, Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan kenaikan suku bunga yang dimaksudkan untuk mengekang inflasi kemungkinan besar akan berakhir, namun tetap membuka kemungkinan kenaikan lebih lanjut.
Dolar jatuh ke level terendah empat bulan pada hari Kamis setelah komentar Powell, melihat tanda-tanda penurunan biaya pinjaman akan terjadi pada tahun 2024. Indeks dolar menguat 0,58 di level 102,55 pada perdagangan Jumat (15/12/2023), namun mengalami penurunan mingguan sebesar 1,46%.
Melemahnya dolar AS membuat minyak dalam mata uang dolar lebih murah bagi pembeli asing.
Konsumsi minyak dunia akan meningkat sebesar 1,1 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024, menurut IEA dalam laporan bulanannya.
Meskipun peningkatan tersebut sebesar 130.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya, perkiraan tersebut kurang dari setengah perkiraan permintaan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebesar 2,25 juta barel per hari.
OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, pada akhir November menyetujui pemotongan sukarela sekitar 2,2 juta barel per hari yang berlangsung sepanjang kuartal pertama.
Sementara, manajer keuangan memangkas posisi net long minyak mentah berjangka AS dan opsi dalam pekan hingga 12 Desember, menurut Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) pada hari Jumat.
Sinyal bullish lainnya untuk pasar minyak pada hari Jumat adalah lebih rendahnya jumlah rig pengeboran dari perusahaan teknologi energi Baker Hughes. Jumlah rig minyak dan gas, yang merupakan indikator awal produksi di masa depan, turun 3 rig menjadi 623 rig dalam sepekan hingga 15 Desember.
Baker Hughes mengatakan jumlah rig minyak AS turun 2 menjadi 501 pada minggu ini, sementara rig gas tidak berubah pada 119. Hal ini membuat jumlah rig turun dari angka tertinggi pascapandemi sebesar 784 pada Desember 2022 karena penurunan harga minyak dan gas. https://madusekali.com/