Mampukah Rupiah Lanjut Menguat Berkat Angin Segar The Fed?

Jakarta, CNBC Indonesia – Sepanjang pekan lalu, pergerakan rupiah menguat dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) berkat kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) kian melunak dan neraca perdagangan RI kembali cetak surplus.

Melansir data Refinitiv, sepanjang minggu yang berakhir Jumat (15/11/2023), mata uang Garuda ditutup menguat di angka Rp15.490/US$ atau terapresiasi 0,03% secara harian.

Apresiasi tersebut kemudian melanjutkan penguatan gerak rupiah sepanjang pekan sebesar 0,10%. berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi pada pekan sebelumnya dan menempati posisi yang terkuat selama 11 hari terakhir atau sama seperti 5 Desember 2023 lalu.

Rupiah bergerak menguat di tengah kabar positif dari bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang kembali menahan suku bunga acuan sebagai hasil pengumuman rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir tahun ini.

Bahkan, para pelaku pasar sekarang juga melihat kemungkinan pelonggaran moneter tahun depan, memperkirakan peluang hampir 7,8 % penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bp) pada Mei 2024, menurut alat pengukur CME FedWatch

Ketua The Fed, Jerome Powell juga berpidato cenderung lebih lunak pada pertemuan kali ini, dibandingkan pada pertemuan November lalu di mana dia menegaskan masih terlalu prematur memikirkan pemangkasan suku bunga.

“Itu (pemangkasan) mulai ada dalam pandangan kami dan menjadi topik diskusi kami,” ucap Powell, dikutip dari Reuters.

Selanjutnya, beralih ke dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui telah merilis data perdagangan internasional Indonesia periode November 2023 pada Jumat (15/12/2023).

Neraca Dagang Indonesia pada November 2023 kembali mencatat surplus sebesar US$ 2,41 miliar, ini merupakan surplus beruntun selama 43 bulan dan merupakan rekor di era Presiden Joko Widodo (Jokowi), melampaui capaian SBY yang mencatat surplus perdagangan 42 bulan dari Oktober 2004 – Maret 2008.

Namun, surplus kali ini menyusut jika dibandingkan surplus neraca perdagangan pada Oktober 2023 sebesar US$ 3,48 miliar. Surplus ini disebabkan oleh nilai ekspor yang lebih besar dibandingkan impor. Impor Indonesia sebesar US$ 19,59 miliar dan ekspor US$ 22 miliar pada November 2023.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, gerak rupiah sudah mulai bergerak sideways, apabila ada penguatan lanjutan, pelaku pasar bisa mencermati posisi Rp15.440/US$. Posisi ini dapatkan dari garis horizontal yang bertepatan dengan low candle 5 Desember 2023.

Di lain sisi, jika ada pembalikan arah melemah, bisa dicermati resistance di Rp15.540/US$, posisi ini didapatkan dari garis rata-rata selama 100 jam dan 200 jam atau moving average 100 dan 200 (MA100 dan MA200). https://mesinpencarinenas.com/

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*