Jakarta, CNBC Indonesia – Penggunaan batu bara global diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada 2023 akibat tingginya permintaan di negara-negara berkembang dan semakin meningkat, menurut Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam sebuah laporan pada hari Jumat.
Permintaan batu bara terlihat meningkat sebesar 1,4% pada 2023, melampaui 8,5 miliar ton untuk pertama kalinya seiring penggunaan di India diperkirakan akan tumbuh sebesar 8% dan di Tiongkok diperkirakan meningkat sebesar 5%.
Di sisi lain, tingginya permintaan belum mampu menahan harga batu bara di level tinggi sepanjang tahun ini, meski level saat ini masih terhitung berada di level tinggi jika dibandingkan dengan puncak siklus pra pandemi.
Melansir Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle NCFMc2 terkoreksi 63,36% menjadi US$ 142,75 per ton sepanjang hingga 18 Desember 2023. Level harga saat ini menunjukkan sisi pasokan batu bara yang mulai menunjukkan adanya perbaikan.
IEA mencatat peningkatan permintaan listrik terjadi seiring lemahnya produksi pembangkit listrik tenaga air, akibat suhu panas yang terjadi sekitar kuartal-III 2023. Suhu panas menyebabkan adanya kekeringan, sehingga penggerak PLTA mengalami hambatan.
Namun, di Uni Eropa dan Amerika Serikat, penggunaan batu bara diperkirakan akan turun masing-masing sekitar 20% pada 2023, kata laporan tersebut.
Penggunaan batubara global belum diperkirakan akan menurun hingga 2026, meski terdapat ekspansi besar-besaran kapasitas Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam tiga tahun ke depan, melansir data IEA yang dikutip dari Reuters.
Permintaan baru akan diproyeksi menurun sebesar 2,3% pada 2026 dibandingkan level tahun ini, bahkan penurunan permintaan juga diperkirakan terjadi meski tidak adanya kebijakan energi bersih yang lebih intensif.
Namun, konsumsi global diperkirakan akan tetap berada di atas 8 miliar metrik ton pada tahun 2026, kata laporan itu. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris, penggunaan batu bara yang berkelanjutan harus dikurangi secara signifikan lebih cepat, tambahnya.
China diperkirakan akan menyumbang lebih dari separuh ekspansi energi terbarukan global selama tiga tahun ke depan, sehingga menyebabkan permintaan batu bara di negara tersebut menurun pada 2024 dan stagnan hingga 2026, kata IEA.
Separuh dari penggunaan batu bara dunia berasal dari Tiongkok, sehingga prospek penggunaan batu bara akan sangat terpengaruh di tahun-tahun mendatang oleh laju penerapan energi ramah lingkungan, kondisi cuaca, dan perubahan struktural dalam perekonomian Tiongkok, kata laporan tersebut.
Tahun ini, Tiongkok, India, dan Asia Tenggara diperkirakan menyumbang tiga perempat dari konsumsi batu bara global, naik dari seperempat pada 1990, dan konsumsi di Asia Tenggara diperkirakan akan melampaui Amerika Serikat dan Uni Eropa pada 2023, kata laporan tersebut.
Hingga tahun 2026, India dan Asia Tenggara adalah satu-satunya kawasan yang konsumsi batubaranya diperkirakan akan meningkat secara signifikan dari segi persentase, ungkap laporan tersebut. https://bolalampupetak.com/