Kisah Dedi, Pernah Nyanyi di Istana hingga Dapat Beasiswa LPDP ke Skotlandia

Jakarta – “Pantang menyerah untuk mengejar mimpi” mungkin menjadi kalimat yang pas untuk menggambarkan perjuangan Thomas Dedi Suryo Nugroho. Semula, ia pernah diremehkan karena ingin melanjutkan studi bidang musik, kini ia berhasil meraih mimpi ke Skotlandia.
Dedi, sapaan akrabnya, merupakan anak seorang guru asal Lumajang, Jawa Timur. Sejak kecil, ia telah melihat sosok Ayah sebagai orang tua tunggal yang penuh kerja keras, lantaran Ibu Dedi telah meninggal sejak ia SMP.

Kondisi tersebut kemudian menjadi motivasi untuk Dedi dalam hal bekerja keras saat belajar dan memiliki mimpi yang besar. Terutama, mimpi di bidang musik yang ia pegang sejak kecil.

Sempat Down karena Respons Guru yang Kurang Mendukung
Sejak kecil, Dedi sudah diajarkan musik oleh Ayahnya yakni dengan bermain piano dan menyanyi. Dukungan itu terus berlanjut hingga ia mulai mengikuti lomba-lomba musik.

Saat SMP-SMA, ia mengaku sekolahnya sangat fokus dan hanya unggul dengan hal-hal akademis. Diakuinya, bidang-bidang non eksakta seperti musik hanya dipandang sebelah mata dan tak banyak mendapat ruang apresiasi.

“Saat itu aku juga bisa dibilang anak yang cukup berprestasi, selalu mendapatkan ranking 5 besar, masuk IPA dan aktif mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka dan English club. SNMPTN pun tiba dan dengan melihat nilai raportku, banyak guru yang menyarankan aku untuk melanjutkan kuliah di jurusan Teknik,” ujar lulusan SMA Negeri 2 Lumajang tersebut.

“Namun, entah kenapa hati kecilku kuat mengatakan untuk melanjutkan studi ke bidang yang tak banyak orang lihat yaitu musik,” tambah Dedi.

Bahkan, hal yang tidak ia lupakan adalah ketika salah satu gurunya, mengatakan bahwa memilih jurusan musik akan membuat ia sebagai guru merasa percuma.

“Teman-teman saya juga tidak ada yang lanjut ke bidang itu. Hal ini membuat saya sempat down. Namun uniknya, ayah saya melihat hal tersebut sebagai kesempatan besar karena tak banyak orang yang menekuni hal tersebut dan masih banyak hal yang bisa dilakukan,” papar Dedi.

Akhirnya, berkat doa dan dukungan orangtua, ia pun berhasil diterima di jurusan pendidikan seni musik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) melalui jalur SNMPTN. Bahkan menjadikan aku satu-satunya lulusan dari SMAN 2 Lumajang yang melanjutkan studi ke bidang musik.

Berprestasi hingga ke Luar Negeri dan Nyanyi di Istana
Bukan hanya aji mumpung ia mengambil jurusan musik di UNY. Selama kuliah, Dedi terus mengembangkan diri dengan mengikuti banyak kegiatan di bidang musik maupun nonmusik.

Hasilnya, berbagai lomba dan prestasi baik di tingkat nasional dan Internasional berhasil diraih.

“Di tingkat internasional, aku pernah mendapat kesempatan mewakili Indonesia dalam Asia Pacific Youth Choir 2019 di Hong Kong dan Macau, China. Melalui proses audisi yang cukup ketat, aku mendapat kesempatan untuk konser bersama teman-teman dari mancanegara,” tuturnya.

Tak sampai di situ, di tahun yang sama ia juga mengejar mimpi lamanya untuk bisa bernyanyi di istana negara. Mimpi yang sudah ada sejak SMA itu harus dilalui dengan audisi ketat melawan talenta terbaik Indonesia.

Jika dihitung, Dedi sudah 6 kali atau 6 tahun mencoba untuk lolos audisi namun berulang kali menelan pil pahit kegagalan.

Namun ia tidak kenal menyerah dan terus mencoba. Sampai akhirnya, setelah berulang kali gagal dan mengevaluasi diri, ia memberanikan diri untuk ikut audisi lagi.

Hasilnya, ia lolos dan tergabung dalam Paduan Suara dan Orkestra Gita Bahana Nusantara bersama teman-teman dari berbagai provinsi untuk bernyanyi dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-74.

“Kisah perjuangan inilah yang benar-benar mengubah hidupku dan semakin menyadarkanku bahwa tak ada mimpi yang mustahil untuk diraih selama kita gigih berusaha, bangkit dari kegagalan dan terus berdoa,” ucap lelaki kelahiran 1997 tersebut.

Raih Beasiswa LPDP ke Skotlandia
Setelah lulus S1, Dedi sempat dilema dengan pilihan antara melanjutkan S2 di UNY atau menjadi guru melalui tes CPNS.

Akhirnya ia memantapkan hati untuk menunda lanjut studi sejenak dan melanjutkan pilihan dengan menjadi guru musik di SMK Negeri 12 Surabaya.

Seiring berjalannya waktu, Dedi tetap memegang mimpinya. Sampai pada tahun 2022, ia mendapat beasiswa Bridging Course Vokasi (BCV), yakni sebuah beasiswa yang diberikan bagi pendidik vokasi untuk menyiapkan diri melanjutkan studi, meliputi kursus Bahasa Inggris (IELTS sebagai syarat utama) dan persiapan-persiapan lainnya.

“Kursus ini diadakan selama 6 bulan di UGM. Jadi, di sini saya bisa les bahasa inggris bahkan dibiayai Tes IELTS secara gratis. Menariknya, pada kursus ini hanya saya satu-satunya guru SMK yang akan lanjut S2 (Master), sedangkan yang lain adalah dosen-dosen vokasi (politeknik) yang mempersiapkan studi S3 (PhD),” ucapnya.

Setelah BCV selesai, ia harus kembali ke tengah kesibukan pekerjaan sebagai guru sembari harus mempersiapkan berkas untuk daftar LPDP. Mulai dari esai beasiswa LPDP, LoA kampus hingga seleksi yang begitu ketat.

Namun, perjuangannya membuahkan hasil. Ia akhirnya diterima di University of Glasgow untuk jurusan Educational Studies in Vocational Education.

“Aku diterima sebagai awardee dalam sekali coba (one shot), juga diterima di University of Glasgow jurusan Educational Studies in Vocational Education,” ungkapnya. https://mauapalagi.com

Kini, ia telah menjalani studi di Skotlandia untuk meneruskan perjalanan mimpinya. Bagi Dedi, mimpi tidak mustahil diraih jika terus berusaha.

“No dream is too big. No dreamer is too small. If you can dream it, you can do it. Jangan terjebak dengan zona nyaman. Memilih jalan yang lain dari kebanyakan orang bukanlah sebuah kesalahan. Aku ingin menginspirasi bahwa guru, guru seni dan musik juga bisa lanjut studi, bahkan sampai keluar negeri,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*